Home Catatan Buya Mendidik Anak Membenci Maksiat
new mosque in istanbul

Mendidik Anak Membenci Maksiat

by Abdullah A Afifi

Oleh: Bey Abdullah

Mendidik anak membenci maksiat adalah upaya untuk menjaga fitrahnya sebagai muslim dan juga mengajarkan ketakwaan (ketaatan) kepada Allah SWT. Mendidik anak agar membenci maksiat merupakan tugas mulia yang memerlukan perhatian khusus dari orang tua. Maksiat, yang berarti segala perbuatan yang melanggar aturan Allah, harus dikenalkan kepada anak sebagai sesuatu yang merusak hati, akal, dan hubungan dengan Sang Pencipta. Rasulullah SAW sendiri telah memberikan contoh mendidik generasi muda untuk menjauhi maksiat dan menjadikan kebencian terhadap dosa sebagai bagian dari karakter mereka.

Rasulullah SAW mengajarkan pemuda agar menjauhi perkara keji dengan menanamkan kesadaran akan keutamaan mereka di sisi Allah ketika mampu menahan diri dari dosa. Baginda bersabda:

“Sesungguhnya Allah sangat kagum dengan pemuda yang tidak ada kecenderungan untuk melakukan maksiat.” (Musnad Ahmad)

Didikan seperti ini melahirkan generasi pemuda luar biasa yang memandang maksiat sebagai ancaman besar, bukan hanya bagi moral mereka, tetapi juga bagi keberkahan dalam menuntut ilmu. Para sahabat Rasulullah SAW seperti Abdullah ibn Mas’ud menganggap dosa sebagai sesuatu yang sangat serius. Beliau berkata:

“Orang mukmin akan melihat dosanya seumpama bukit yang akan menghimpit dirinya, sedangkan orang fajir (pelaku maksiat) melihat dosa mereka seumpama lalat yang hinggap di hidung mereka, lalu ditepisnya.” (Sahih al-Bukhari, no: 6308)

Didikan yang baik mengenai kemaksiatan adalah ketika anak memahami sedikitnya maksiat adalah sesuatu ancaman yang besar bagi dirinya, bagi akal sehatnya, bagi ketenangan hatinya, juga ancaman besar bagi upayanya untuk beramal shalih.

Melalui teladan ini, orang tua dapat memulai dengan memberikan pemahaman yang jelas kepada anak tentang apa itu maksiat dan dampak buruknya. Anak-anak perlu diajarkan bahwa maksiat tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga menciptakan jarak dari rahmat Allah dan keberkahan hidup. Penjelasan ini harus disampaikan dengan kasih sayang agar anak memahami pentingnya menjauhi dosa.

Selain itu, orang tua juga perlu menjadi teladan dalam menjauhi perbuatan buruk. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, sehingga penting bagi orang tua untuk menjaga sikap, ucapan, dan tindakan. Ketika orang tua menjaga kehormatan mereka dari dosa-dosa seperti kebohongan atau fitnah, anak-anak pun akan tumbuh dengan prinsip menjauhi maksiat.

Tidak hanya cukup dengan memberi pemahaman, anak juga perlu diperkenalkan dengan keutamaan menjauhi maksiat melalui kisah-kisah inspiratif dari Rasulullah SAW dan para sahabat. Orang tua bisa menceritakan kisah generasi muda seperti Usamah bin Zaid, anak dari sahabat Zaid bin Haritsah, yang mengorbankan segala kenyamanannya demi menjaga ketaatan kepada Allah. Kisah-kisah ini akan memotivasi anak untuk melihat bahwa kebaikan adalah pilihan terbaik dalam hidup.

Membiasakan anak dengan lingkungan yang baik juga merupakan langkah yang sangat penting. Mengontrol apa yang mereka tonton dan dengan siapa mereka bergaul akan membantu menjauhkan mereka dari pengaruh buruk. Orang tua dapat mengarahkan anak untuk terlibat dalam aktivitas positif seperti mengaji, olahraga, atau kegiatan sosial yang membangun karakter.

Terakhir dan juga penting adalah doa yang menjadi senjata utama bagi orang tua untuk anaknya. Memohon kepada Allah agar anak-anak didekatkan dengan kebaikan dan dijauhkan dari maksiat merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Dengan pendidikan yang baik, lingkungan yang mendukung, dan doa yang tulus, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya membenci maksiat, tetapi juga berkontribusi untuk kebaikan di masyarakat. Rasulullah SAW mengingatkan bahwa generasi yang menjaga diri dari dosa adalah generasi yang akan dirahmati dan dimuliakan oleh Allah.

Related Articles