Home Catatan Buya Worldview Islam dan Ilmu Pengetahuan
interior of mosque

Worldview Islam dan Ilmu Pengetahuan

by Abdullah A Afifi

Oleh: Bey Abdullah

Agama dan ilmu pengetahuan memang sepatutnya memiliki keterkaitan yang erat, hal ini sesuai dengan worldview Islam (paradigma Islam) yang menyatukan aspek duniawi dan ukhrawi dalam pandangan hidup. Dalam worldview Islam, ilmu tidak dipandang semata sebagai alat pengetahuan tetapi juga sebagai sarana memahami tanda-tanda kebesaran Allah SWT dalam alam semesta. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (QS. Al-‘Alaq: 1), adalah bukti bahwa menuntut ilmu merupakan bagian penting dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan landasan ini, Islam mengajarkan bahwa ilmu tidak hanya tentang fakta-fakta fisik tetapi juga tentang makna dan tujuan, yaitu mengenali tanda-tanda kekuasaan Allah dalam kehidupan.

Pada masa kejayaan Islam, contohnya pada era Dinasti Abbasiyah, worldview Islam diterapkan secara nyata dalam pembangunan peradaban yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan. Khalifah-khalifah seperti Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun mendirikan Baitul Hikmah di Baghdad sebagai pusat penelitian dan penerjemahan, menyatukan ilmu agama dan ilmu duniawi dalam satu kesatuan pemikiran. Di Baitul Hikmah, ilmuwan dari berbagai latar belakang berkumpul untuk mengembangkan ilmu dalam berbagai bidang seperti astronomi, matematika, kedokteran, dan filsafat. Penekanan pada ilmu dalam Islam tidak terpisah dari etika, karena ilmu harus digunakan sebagai alat untuk kebaikan dan memperbaiki kehidupan masyarakat.

Ilmuwan Muslim seperti Ibn Hanbal, Imam Syafii, Al-Khwarizmi, Ibn Sina, dan Al-Razi adalah contoh penerapan worldview Islam dalam bidang ilmu pengetahuan. Ibn Hanbal contohnya adalah yang memanfaatkan masa mudanya sebagai penyalin naskah (copy writer) di Baitul Hikmah, Imam Syafii dimasa tersebut mengembangkan metode filsafat ushul fiqh untuk menjawab persoalan-persoalan dialektika yang dipengaruhi cara fikir filsafat Yunani. Al-Khwarizmi, juga misalnya, yang dikenal sebagai Bapak Aljabar, mengembangkan matematika dengan dasar untuk mempermudah perhitungan dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat bagi umat. Ibn Sina, dengan karya monumentalnya “The Canon of Medicine,” memandang ilmu kedokteran sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup sesuai prinsip menjaga kesejahteraan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa para ilmuwan Muslim tidak hanya ahli dalam bidang keilmuan mereka, tetapi juga memahami ilmu sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT dan manusia.

Islam menegaskan bahwa ilmu pengetahuan memiliki tujuan luhur, yaitu membantu manusia mengembangkan potensi mereka secara menyeluruh dan menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi. Dalam worldview Islam, menuntut ilmu juga merupakan bentuk ibadah, karena mempelajari ilmu berarti mendekatkan diri kepada Allah. Hadits Nabi yang menyatakan “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah) menunjukkan bahwa ilmu adalah amanah yang harus dikelola dan disalurkan untuk kemaslahatan, bukan hanya untuk kepentingan individu tetapi juga untuk manfaat masyarakat secara luas.

Di era modern, tantangan global menuntut umat Muslim untuk tetap berpegang pada worldview Islam dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Islam bukanlah agama yang anti-kemajuan atau teknologi; justru sebaliknya, umat Islam didorong untuk berinovasi dan memberikan kontribusi positif melalui ilmu. Worldview Islam mengajarkan bahwa teknologi yang dikembangkan harus berlandaskan pada nilai-nilai etika dan moral agar dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat. Dalam perspektif ini, teknologi adalah alat yang harus diarahkan untuk kesejahteraan umat manusia dan menjaga keberlanjutan alam.

Pandangan hidup Islam ini juga tercermin dalam konsep pendidikan Islam yang integratif, yang menggabungkan ilmu agama dengan ilmu duniawi dalam satu kesatuan. Banyak institusi pendidikan Islam saat ini menerapkan metode pembelajaran berbasis sains dan teknologi yang tetap selaras dengan nilai-nilai spiritual Islam. Tujuannya adalah mencetak generasi yang mampu menguasai ilmu pengetahuan tanpa kehilangan identitas dan prinsip keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk memadukan aspek spiritual dan ilmiah, sehingga ilmu pengetahuan yang dipelajari dapat memiliki manfaat yang berkesinambungan.

Kisah sukses lembaga-lembaga pendidikan Islam, seperti Baitul Hikmah di Baghdad, hingga sekolah-sekolah berbasis sains dan teknologi di masa kini, merupakan bukti bahwa worldview Islam menekankan pentingnya keseimbangan antara akal dan iman. Pemahaman ini mengarahkan umat Islam untuk menjadikan ilmu sebagai cara memperkaya wawasan tanpa melupakan tujuan akhir, yaitu mendapatkan ridha Allah SWT. Dengan demikian, pendidikan dan ilmu dalam Islam bukan sekadar pengetahuan akademis, melainkan juga bagian dari proses pembentukan karakter dan akhlak yang bertanggung jawab.

Kesimpulannya, agama Islam dan ilmu pengetahuan dalam kerangka worldview Islam adalah dua elemen yang saling mendukung dan memperkuat. Melalui ilmu pengetahuan, manusia dapat memahami lebih dalam tanda-tanda kekuasaan Allah dan menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi. Worldview Islam memberi kerangka etika yang kuat bagi perkembangan ilmu, mengarahkan setiap penemuan dan inovasi pada nilai-nilai yang memperkuat kehidupan bermasyarakat dan menjaga keseimbangan alam. Dengan berpegang pada worldview Islam, ilmu pengetahuan tidak hanya akan memperkaya kehidupan dunia tetapi juga membawa keberkahan di akhirat.

Related Articles