Home Catatan Buya Islam adalah Agama yang Aman dan Juru Selamat Peradaban
red theodolite under blue sky and white clouds

Islam adalah Agama yang Aman dan Juru Selamat Peradaban

by Abdullah A Afifi

Oleh: Bey Abdullah

Di dunia saat ini, kita menyaksikan banyak gagasan menyesatkan tentang keadilan dan nilai kemanusiaan. Kekerasan seringkali dibenarkan dengan dalih-dalih yang palsu, dan penganiayaan orang tak berdosa karena ras, warna kulit, atau keyakinan mereka telah menjadi hal yang sangat umum. Kebencian menyebar di berbagai bangsa dan komunitas, sementara pengejaran kekuasaan, kekayaan, dan kemewahan mengaburkan integritas moral dan kasih sayang. Nilai-nilai etika dan moral yang pernah mengikat umat manusia tampaknya memudar.

Namun, nilai-nilai inilah (rasa hormat, martabat, dan rasa aman) yang membuat hidup damai dan bermakna. Orang-orang mendambakan hidup tanpa rasa takut, dihormati di negeri yang asing, dan merasa aman terhadap keluarga, keyakinan, dan harta benda mereka. Di masa seperti itu, pesan Islam bangkit kembali sebagai pengingat akan keadilan ilahi dan perdamaian universal, sebuah agama yang diutus untuk memulihkan keamanan, keseimbangan, dan belas kasih bagi seluruh umat manusia, tanpa mempersoalkan ras dan warna kulit mereka.

Islam, sesuai namanya, menyampaikan kedamaian, keamanan, dan ketundukan. Kata Arab “Islam” (الإسلام) berasal dari akar kata “s-l-m” (س ل م) atau salam, yang berarti kedamaian, kemurnian, ketundukan, dan keamanan. Kata ini menandakan penyerahan diri kepada kehendak Allah (swt), Sang Pencipta, Pemelihara, dan Sumber kedamaian tertinggi. Seseorang yang berserah diri sepenuh hati kepada Allah disebut Muslim (مسلم), seseorang yang hidup selaras dengan bimbingan ilahi dan menyebarkan kedamaian dalam dirinya, keluarganya, dan masyarakat.

Pada intinya, Islam mengajak umat manusia ke jalan keselamatan, keselamatan jiwa dari kekufuran, keselamatan hati dari kecemasan, dan keselamatan masyarakat dari kerusakan dan ketidakadilan. Pesan Islam memberikan ketenangan spiritual, arahan moral, dan keseimbangan sosial. Islam menawarkan kepada umat manusia formula ilahi untuk perdamaian yang mencakup setiap aspek kehidupan, baik pribadi, keluarga, dan juga masyarakat dunia.

Hakikat Islam tidak dimulai 1.400 tahun yang lalu. Tetapi Islam dimulai dengan penciptaan manusia itu sendiri, sebagaimana Allah sebutkan dalam Al-Qur’an. Nabi Adam (saw), manusia pertama, juga merupakan nabi pertama Allah. Al-Qur’an dan kitab suci lainnya menyebut beliau sebagai bapak umat manusia dan penerima wahyu ilahi pertama. Melalui Adam, Allah mengajarkan prinsip-prinsip iman, ketaatan, dan taubat, ajaran dasar Islam.

Sejak zaman Adam, Allah terus mengutus para nabi untuk membimbing umat manusia ketika mereka menyimpang dari kebenaran. Para utusan ini diutus ke berbagai bangsa dan era, masing-masing dengan pesan yang sama: untuk menyembah Allah semata dan untuk menjalahi hidup yang saleh, hidup yang terus memberikan perbaikan dna nilai tambah. Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa (as) termasuk di antara mereka yang membawa obor kebenaran ilahi. Inti pesan mereka adalah Islam (ketundukan kepada kehendak Allah), meskipun hukum (syariah) yang diwahyukan kepada mereka berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas umat mereka.

Dengan demikian, Islam bukanlah agama baru atau asing, Islam adalah agama yang diperuntukkan untuk umat manusia. Setiap nabi membawa sebagian kebenaran yang sesuai dengan zamannya, tetapi fondasinya tetap sama: Tauhid (Keesaan Allah), ‘Adl (keadilan), dan Akhlak (keunggulan moral). Perkembangan wahyu menunjukkan bahwa bimbingan ilahi berkembang sesuai dengan perkembangan manusia, mempersiapkan umat manusia untuk pesan terakhir dan universal.

Tahap akhir dan lengkap dari perjalanan ilahi ini datang melalui Nabi Muhammad (saw). Kenabiannya menandai puncak wahyu ilahi dan kesempurnaan agama. Allah sendiri menyatakan dalam Al-Qur’an: “Pada hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Kupilih Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah, 5:3)

Ayat ini merupakan pernyataan monumental dari Allah. Ayat ini menandakan bahwa tidak akan ada nabi atau wahyu baru setelah Muhammad (saw), dan bahwa agama Islam mengandung di dalamnya setiap unsur yang diperlukan untuk kesuksesan dan keselamatan manusia. Hukum-hukum Islam bersifat komprehensif, membimbing orang beriman dalam hal iman, ibadah, moralitas, keluarga, ekonomi, dan pemerintahan.

Nabi Muhammad (saw) diutus sebagai rahmat bagi seluruh ciptaan, bukan hanya bagi bangsa Arab, melainkan bagi seluruh dunia. Al-Qur’an menggambarkan beliau sebagai “Rahmatan lil-‘alamin”, rahmat bagi seluruh makhluk. Misi beliau adalah membawa umat manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya, dari kebodohan menuju ilmu pengetahuan, dari perpecahan menuju persatuan, dan dari penindasan menuju keadilan. Muhammad membawa kewajiban ibadah yang lebih ringan, tetapi menuntut ketaatan yang lebih besar kepada Allah.

Islam menyerukan kehidupan yang seimbang, jalan tengah (wasathiyah). Wasathiyah juga dapat berarti jalan tengah antara pendekatan keras Nabi Musa dan pendekatan penuh kasih sayang Nabi Isa. Islam tegas dalam hal keadilan dan kasih sayang terhadap kelemahan. Wasathiyah juga dapat berarti seseorang yang mencari kebaikan di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an mengajarkan doa indah yang menangkap visi holistik ini: “Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah, wa qina ‘adhaban-nar.” (“Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”) (QS. Al-Baqarah, 2:201)

Doa ini mencerminkan pandangan hidup Islam, bahwa kenyamanan duniawi dan kesejahteraan spiritual tidaklah bertentangan. Islam mendorong pengejaran keunggulan duniawi sambil mempertahankan kompas moral yang kuat. Keselamatan dalam Islam bersifat fisik dan spiritual, sementara dan kekal.

Ajaran Islam memberikan keselamatan bagi individu dengan memelihara iman dan takwa. Hati yang terhubung dengan Allah adalah hati yang tenteram. Nabi (saw) bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging; jika ia sehat, maka sehat pula seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Sesungguhnya, ia adalah hati.” (Sahih Muslim 1599). Ketika hati dibimbing oleh iman, seluruh keberadaan seseorang menjadi sumber kedamaian.

Islam juga menjamin keselamatan masyarakat. Prinsip-prinsip keadilan (‘adl), kasih sayang (rahmah), dan persaudaraan (ukhuwah) dirancang untuk melindungi martabat manusia dan mencegah penindasan. Islam memerintahkan keadilan dalam berdagang, kebaikan kepada fakir miskin, dan penghormatan terhadap setiap kehidupan. Nabi (saw) bersabda, “Seorang Muslim adalah orang yang dari lisan dan tangannya manusia merasa aman, dan seorang mukmin adalah orang yang darinya jiwa dan harta manusia merasa aman” (Sunan an-Nasai 4995). Ini menunjukkan bahwa keimanan sejati terwujud dalam perilaku moral dan tanggung jawab sosial.

Lebih lanjut, Islam menjaga lingkungan dan mendorong keseimbangan (mizan). Islam mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah bumi, yang bertanggung jawab untuk menjaga keharmonisan bumi. Keamanan yang dipromosikan Islam melampaui masyarakat manusia, hingga ke seluruh makhluk dan dunia alami.

Di dunia saat ini, yang ditandai oleh peperangan, ketidakadilan, dan kekosongan spiritual, pesan Islam berdiri sebagai mercusuar harapan. Islam menawarkan umat manusia jalan kembali menuju kedamaian melalui kepasrahan kepada Sang Pencipta. Islam tidak hanya menyelamatkan jiwa; Islam menyelamatkan peradaban dengan membimbing mereka menuju keadilan, rahmat, dan pengetahuan.

Islam memang agama yang aman dan penyelamat umat manusia. Islam menawarkan kedamaian hati, ketertiban masyarakat, dan tujuan hidup. Islam menghubungkan umat manusia dengan Sang Pencipta melalui iman, ibadah, dan kebenaran. Siapa pun yang memeluk Islam dengan tulus akan menemukan keselamatan sejati di dunia ini melalui ketenangan pikiran dan di akhirat melalui rahmat Allah. Sebagaimana Allah berfirman, “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima baginya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran, 3:85).

Semoga Allah menganugerahkan kebaikan kepada kita di dunia dan akhirat, serta melindungi kita dari api neraka, Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah, wa qina ‘adzaban-nar.

Related Articles